Rivalitas antara Jepang dan China atas sejumlah pulau di Laut China Timur telah memicu pertemuan jarak dekat antara kedua belah pihak di udara. Pesawat tempur China telah beberapa kali mencegat pesawat Jepang yang berpatroli di Kepulauan Senkaku (di China disebut Diaoyu Islands). Demikian juga sebaliknya.
Dalam hal kekuatan udara China memiliki jet tempur superioritas Su-27 dan J-11 yang disebut-sebut setara F-15J Eagle milik Jepang.
J-10 China |
Tetapi China juga memiliki pesawat yang kurang begitu glamour tetapi jumlahnya cukpu besar yakni jet tempur multi-peran bermesin tunggal J-10 “Vigorous Dragon” yang menjadi pesawat tempur multi peran modern pertama buatan China. Pesawat ini diperkenalkan pada tahun 2005. Sebuah varian ditingkatkan, J-10B juga sudah memasuki layanan.
Sementara Jepang memiliki F-2, pesawat tempur multi-peran yang mulai beroperasi pada tahun 2000. Jika J-11 setara dengan F-15J, maka J-10 bisa disejajarkan dengan F-2 yang dibangun Mitsubishi.
SAMA-SAMA KETURUNAN F-16
F-2, pesawat tempur |
F-2 adalah hasil dari program FSX, proyek bersama Jepang-Amerika untuk mengembangkan pesawat tempur multi-peran. F / A-18 Hornet dan F-16 Fighting Falcon awalnya diusulkan sebagai dasar pembangunan. Tetapi akhirnya F-16 menjadi pemenang. Pada saat itu, program FSX kontroversial karena banyak anggota Kongres AS masih khawatir untuk mentransfer teknologi tempur canggih ke Jepang.
Secara resmi, J-10 dibangun Chengdu Aircraft Design Group. Tetapi secara tidak resmi, sebenarnya juga memiliki akar dalam program ruang angkasa Amerika. J-10 memiliki kemiripan yang mencolok dengan pesawat tempur Lavi yang dibangun Israel dengan dasar F-16 juga. Lavi akhirnya dibatalkan karena biaya dan kekhawatiran politik. Pada tahun 1987, Office of Naval Intelligence menyatakan bahwa China telah menerima Lavi sehingga dengan demikian teknologi Amerika telah bocor ke China.
Sebuah kerjasama antara Mitsubishi dan Lockheed, F-2 mengambil dasar F-16 dengan desain lebih besar. Pesawat mencakup area sayap 25% lebih besar, mesin F110 GE, dan J /APG-1 Jepang yang merulakan radar active electronic scanning array pertama yang diinstal di jet tempur. Pesawat ini dipersenjatai dengan infra-red guided air-to-air missiles Mitsubishi AAM-3 dan AAM-5 (mirip dengan AIM-9 Sidewinder) dan radar-guided air-to-air missile AAM-4 (mirip dengan AIM-7 Sparrow.) F-2 juga bertugas dengan misi anti-invasi, dan mampu membawa hingga empat rudal anti kapal ASM-2. Sebuah meriam Gatling M61 20 milimeter.
Meskipun demikian, pesawat ini secara umum dianggap sebagai proyek gagal. Biaya per unit dari F-2 sangat mengejutkan yakni US$ 171 juta atau dari empat kali lipat dibandingkan F-16C Blok 50/52. Sementara F-2 tidak empat kali lebih efektif dibandingkan F-16. Tetapi keuntungan besar yang diraih Jepang dan tidak bisa dinilai dengan uang adalah kesempatan bagi industri kedirgantaraan Jepang untuk bekerja pada program pesawat tempur.
Sementara itu pesawat tempur J-10 memiliki desain sayap delta, didukung oleh mesin Saturnus-Lyulka AL-31 afterburning turbofan buatan Rusia. Pesawat ini dilengkapi dengan radar pulse-doppler Tipe 1473H, dan memiliki 11 cantelan senjata dan tangki bahan bakar eksternal. Untuk pertempuran udara, J-10 membawa infra-red guided air-to-air missiles PL-9 dan radar guided missiles PL-12, serta membawa canon GSh-23 23-millimeter buatan Rusia. Selain itu juga membawa sebuah bom laser dan bom dipandu satelit.
SIAPA YANG UNGGUL?
Kekuatan dua pesawat ini sangat baik, tapi siapa yang akan menang? Kyle Mizokami penulis pertahanan dan keamanan nasional yang berbasis di San Francisco dalam artikelnya di National Interest Selasa 13 Oktober 2015.
Dengan rentang 520 mil, F-2 memiliki radius tempur yang lebih baik daripada J-10, yang diperkirakan hanya memiliki rentang 340 mil. Dengan asumsi dua pesawat saling bertemu pada jarak yang sama dari pangkalan, ini akan memberikan pilot F-2 sedikit lebih banyak bahan bakar untuk manuver dan menghabiskan pada kecepatan. J-10 juga memiliki desain Pulse -doppler radar yang lebih tua dibandingkan radar AESA F-2, yang memungkinkan F-2 akan lebih dulu mendeteksi J-10. Dua pesawat memiliki berat yang hampir sama tetapi F-2 memiliki dorongan yang sedikit lebih baik untuk rasio berat. Dengan semua catatan ini sepertinya F-2 masih memegang kendali pertempuran.
Tetapi cerita tidak berakhir di situ. Kedua negara telah melakukan upgrade pada J-10 dan F-2. China telah memulai produksi J-10B. Model B memiliki mesin ditingkatkan yakni AL-31FN, dengan peningkatan dorong dan jangkauan. Perbaikan lebih lanjut termasuk phased-array radar dan infra-red search and track (IRST) yang akan meningkatkan kemampuan dalam pertempuran jarak pendek.
Dalam kasus Jepang, produksi F-2 sudah berhenti, sehingga penekanannya adalah pada upgrade pesawat yang ada. F-2 menerima link data baru dan radar baru, J / APG-2, yang akan dikawinkan dengan ke rudal udara AAM-4B yang menjadi satu-satunya rudal di dunia dengan radar AESA. Setelah peluncuran kemampuan kunci dari AAM-4B memungkinkan pilot untuk meluncurkan rudal dan mulai manuver mengelak sebelum mencapai kunci radar.
Dalam kasus Jepang, produksi F-2 sudah berhenti, sehingga penekanannya adalah pada upgrade pesawat yang ada. F-2 menerima link data baru dan radar baru, J / APG-2, yang akan dikawinkan dengan ke rudal udara AAM-4B yang menjadi satu-satunya rudal di dunia dengan radar AESA. Setelah peluncuran kemampuan kunci dari AAM-4B memungkinkan pilot untuk meluncurkan rudal dan mulai manuver mengelak sebelum mencapai kunci radar.
F-2 Jepang akan memiliki keuntungan dalam pertarungan jarak jauh karena mampu meluncurkan rudal AAM-4B dari luar jangkauan visual dan kemudian “berbalik dan membakar” dalam retret. Berkat link data mereka, F-2 unit akan dapat mengkoordinasikan peluncuran jarak jauh dengan efek maksimum. Meskipun radar array bertahap baru China mungkin baik, pengalaman panjang Jepang di radar tetap akan menjadikan China sulit untuk menyaingi. J-10 mungkin akan mengalami masalah serius ketika gesekan dengan F-2 sebelum mereka bahkan dapat melihat musuh. Tetapi jika J-10 bisa masuk dekat, sistem pencarian dan pelacakan infra merah akan memberikan pesawat tempur China keunggulan. Sementara F-2 tidak memiliki IRST.
Baik J-10 dan F-2 memiliki kelebihan dan kekurangan mereka. Pada rentang panjang, F-2 akan memakan J-10. Pada rentang pendek, situasi berubah. Hal yang pasti diingat pertempuran jarak jauh akan lebih dulu datang sebelum pertempuran jarak pendek sehingga F-2 harus benar-benar memanfaatkan keunggulan ini sebelum J-10 mampu memaksa untuk masuk ke arena dogfighting.
Berbagai sumber