Militer Rusia mengungkap alasan sebenarnya mengapa pesawat jet tempur Su-30 yang menggempur ISIS di Suriah menerobos wilayah udara atau langit Turki pada awal Oktober lalu. Militer Kremlin menyatakan, pesawat jet tempur itu sejatinya terpaksa masuk wilayah udara Turki karena menghindari rudal.
Hal itu diungkap Komandan Angkatan Udara Rusia, Viktor Bondarev. ”Jet tempur kami sedang dalam misi tempur di Suriah utara dalam kondisi awan yang sangat pekat. Ketika pesawat itu melewati sepanjang perbatasan Turki, peralatan di pesawat memicu alarm yang menunjukkan pesawat itu menjadi target beberapa jenis sistem pertahanan (rudal) udara,” katanya, seperti dikutip Russia Today, Kamis (5/11/2015).
”Pilot harus mengambil keputusan sepersekian detik untuk melakukan manuver anti-rudal. Nah, (pesawat) melesat sedikit ke wilayah udara Turki. Kami mengakui terus terang,” ujarnya.
Pada tanggal 3 Oktober 2015, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pesawat jet tempur Sukhoi Su-30 telah melanggar wilayah udara Turki selama beberapa detik karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan.
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, meredam ketegangan pada saat itu. ”Tidak ada ketegangan antara Turki dan Rusia dalam pengertian ini. Ini adalah sebuah kesalahan, mereka menghormati perbatasan Turki dan ini tidak akan terjadi lagi,” katanya.
Namun, NATO geram dengan pelanggaran yang dilakukan militer Rusia itu. Sebab, Turki merupakan anggota NATO. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menggambarkan insiden itu sebagai ”pelanggaran yang tidak dapat diterima wilayah udara Turki.”
source : sindonews.com
”Pilot harus mengambil keputusan sepersekian detik untuk melakukan manuver anti-rudal. Nah, (pesawat) melesat sedikit ke wilayah udara Turki. Kami mengakui terus terang,” ujarnya.
Pada tanggal 3 Oktober 2015, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pesawat jet tempur Sukhoi Su-30 telah melanggar wilayah udara Turki selama beberapa detik karena kondisi cuaca yang tidak menguntungkan.
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, meredam ketegangan pada saat itu. ”Tidak ada ketegangan antara Turki dan Rusia dalam pengertian ini. Ini adalah sebuah kesalahan, mereka menghormati perbatasan Turki dan ini tidak akan terjadi lagi,” katanya.
Namun, NATO geram dengan pelanggaran yang dilakukan militer Rusia itu. Sebab, Turki merupakan anggota NATO. Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, menggambarkan insiden itu sebagai ”pelanggaran yang tidak dapat diterima wilayah udara Turki.”
source : sindonews.com