WASHINGTON DC - Angkatan Udara Amerika Serikat kesulitan memenuhi kekurangan 700 orang pilot hingga akhir tahun ini untuk keperluan perang di Irak, Suriah dan Libya.
Menteri Angkatan Udara Deborah Lee James kepada wartawan, Rabu (10/8/2016) mengatakan, dia berencana memberikan bonus sebesar 35.000 dolar atau sekitar Rp 458 juta setahun untuk para pilot drone agar tetap bekerja di angkatan udara.
Bonus ini meningkat dari sekitar 25.000 dolar yang selama ini diberikan. Bonus besar ini hanya bisa diambil para pilot drone setelah mereka menyelesaikan kontrak kerja dengan angkatan bersenjata.
Baca Juga : Buntut Kudeta Militer Gagal, 14 Kapal Perang Turki Belum Ditemukan
Selama ini angkatan udara berjuang mempertahankan pilot-pilot mereka yang juga diinginkan maskapai penerbangan sipil yang menjanjikan gaji dan bonus yang lebih besar.
Lebih jauh Deborah menambahkan, kekurangan pilot ini bisa melonjak hingga 1.000 orang dalam beberapa tahun ke depan.
"Berbagai maskapai penerbangan diprediksi akan mempekerjakan lebih banyak pilot militer di masa depan," kata dia.
Selama ini angkatan udara berjuang mempertahankan pilot-pilot mereka yang juga diinginkan maskapai penerbangan sipil yang menjanjikan gaji dan bonus yang lebih besar.
Lebih jauh Deborah menambahkan, kekurangan pilot ini bisa melonjak hingga 1.000 orang dalam beberapa tahun ke depan.
"Berbagai maskapai penerbangan diprediksi akan mempekerjakan lebih banyak pilot militer di masa depan," kata dia.
Baca juga : 5 Peswat Jet Tempur Rusia Paling Berbahaya dan Mematikan
Sementara itu, Panglima Angkatan Udara AS Jenderal David Goldfein mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan taraf hidup para pilot AU dan kondisi kehidupan militer mereka, termasuk soal perumahan dan pelatihan.
"Ini sudah menjadi krisis. Penguasaan udara bukan milik alami Amerika, hal ini harus diperjuangkan," ujar Goldfein.
Dia mengatakan, jumlah pilot AU yang meninggalkan kedinasan sangat tinggi, sehingga meningkatkan kualitas kerja dan pendapatan diharapkan bisa menyelesaikan masalah.
Sementara itu, Panglima Angkatan Udara AS Jenderal David Goldfein mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan taraf hidup para pilot AU dan kondisi kehidupan militer mereka, termasuk soal perumahan dan pelatihan.
"Ini sudah menjadi krisis. Penguasaan udara bukan milik alami Amerika, hal ini harus diperjuangkan," ujar Goldfein.
Dia mengatakan, jumlah pilot AU yang meninggalkan kedinasan sangat tinggi, sehingga meningkatkan kualitas kerja dan pendapatan diharapkan bisa menyelesaikan masalah.
Baca juga : 2 Pesawat Jet tempur FA-18 Hornet Amerika Serikat Jatuh setelah Bertabrakan
Permasalahan bertambah ketika personel militer yang ditugaskan ke luar negeri semakin sering terlibat dapam perang udara dibanding dua dekade terakhir.
Goldfein menegaskan, sejauh ini kekurangan pilot belum memengaruhi kampanye operasi udara di Irak, Suriah dan Libya.
Permasalahan bertambah ketika personel militer yang ditugaskan ke luar negeri semakin sering terlibat dapam perang udara dibanding dua dekade terakhir.
Goldfein menegaskan, sejauh ini kekurangan pilot belum memengaruhi kampanye operasi udara di Irak, Suriah dan Libya.
Baca juga : Daftar 8 Jet Tempur Generasi 4 Tercanggih Terbaik di Dunia
Namun, penugasan ke zona perang yang terus menerus lama kelamaan akan memengaruhi keputusan para pilot untuk menanggalkan seragam militer mereka.
Namun, penugasan ke zona perang yang terus menerus lama kelamaan akan memengaruhi keputusan para pilot untuk menanggalkan seragam militer mereka.
Sumber : Associated Press