Pemerintah Rusia melemparkan ultimatun kepada Amerika Serikat (AS), terkait aksi sekutu mereka yang berada di timteng, yakni pemberontak Suriah.
Ultimatum itu berisi ancaman kepada Amerika Serikat, bahwa jika AS tidak mengontrol sekutu mereka terkait gencatan senjata, maka Rusia akan melakukan serangan besar-besaran terhadap pemberontak suriah.
Rusia mengaku telah mengirimkan proposal tersebut kepada pemerintah AS. Negeri Beruang Merah(Rusia)tersebut memberikan batas waktu kepada AS hingga tanggal 22 Maret untuk memberikan respon.
"Jika Federasi Rusia tidak mendapatkan respon dari AS terkait proposal Rusia yang dikirim, maka Rusia mulai 22 Maret akan melakukan serangan, seperti sudah tercantum dalam perjanjian kami dengan AS," kata Kepala Direktorat Operasi Utama di Staf Umum Rusia, Sergei Rudskoi, seperti dilansir UNIAN pada Senin (21/3).
Rudskoi juga menuturkan, tidak semua kelompok pemberontak Suriah akan diserang oleh Rusia. Mereka yang melakukan pelanggaran saja yang akan dibombardir militer Rusia.
"Kami menekankan, bahwa kekuatan militer akan digunakan hanya setelah kami menerima bukti kredibel pelanggaran sistematis oleh kelompok-kelompok bersenjata dari komitmen yang dibuat dalam rangka pernyataan Bersama AS-Rusia pada penghentian permusuhan di Suriah pada 22 Februari 2016.
Kekuatan tidak akan digunakan melawan kelompok yang patuh pada rezim gencatan senjata, serta terhadap penduduk sipil dan fasilitas sipil," sambungnya.