Jepang sukses melakukan uji coba pesawat tempur siluman pertamanya, Jumat (22/4/2016), sebagai upaya negeri itu mengembangkan teknologi militer anti-radar.
Meski undang-undang Jepang masih membatasi kekuatan militer Jepang usai Perang Dunia II, tetapi negeri itu merupakan salah satu negara dengan angkatan bersenjata paling modern di dunia.
Pengembangan pesawat tempur siluman ini muncul di masa-masa Jepang menghadapi tantangan keamanan baru setelah perkembangan pesat angkatan bersenjata China.
Jet tempur X-2 yang dikembangkan di dalam negeri itu lepas landas dari bandara Nagoya di wilayah tengah Jepang dalam sebuah tes terbang pertama yang disambut tepuk tangan meriah para pemerhati kedirgantaraan.
Tayangan televisi menampilkan pesawat berwarna merah dan putih itu mengangkasa sambil dikawal dua jet tempur AU Jepang yang bertugas mengumpulkan data.
Prototipe pesawat berpilot tunggal ini mendarat dengan selamat di pangkalan udara Gifu, sebelah utara bandara Nagoya, setelah 25 menit mengudara tanpa kendala berarti.
Mitsubihsi Hevay Industries, kontraktor utama dalam pengembangan jet tempur ini mengatakan, pilot pesawat menilai X-2 adalah pesawat tempur yang sangat stabil.
"Kinerja kendali pesawat sama persis seperti yang kami terima dalam sesi latihan simulasi," ujar sang pilot.
Uji terbang perdana ini, yang disusul tes darat yang ekstensif, sempat tertunda karena cuaca buruk dan malfungsi komponen yang digunakan dalam sistem penyelamatan.
"Penerbangan perdana ini memiliki arti signifikan untuk mengembangkan teknologi yang akan digunakan untuk pengembangan di masa depan," kata Menteri Pertahanan Jepang, Jenderal Nakatani.
"Kami berharap, teknologi pesawat ini bisa diaplikasikan ke sektor dan inovasi teknologi untuk industri penerbangan pada umumnya," lanjut Nakatani.
Pesawat siluman X-2, yang dikembangan Mitsubishi Heavy Industries dan 200 perusahaan lain, memiliki panjang 4,2 meter dan lebar 9,1 meter. Pesawat ini merupakan penerus jet tempur F-2.
Pesawat baru ini akan dikirim ke kementerian pertahanan awal bulan depan dan kemampuan teknologi silumannya akan terus dipantau.
Saat ini hanya AS, Rusia dan China yang secara internasional diakui mampu mengembangkan pesawat jet siluman berawak.
Jepang memulai proyek ini pada 2009 dan sudah menghabiskan biaya riset dan pengembangan sebesar 332 juta dolar AS.
Meski undang-undang Jepang masih membatasi kekuatan militer Jepang usai Perang Dunia II, tetapi negeri itu merupakan salah satu negara dengan angkatan bersenjata paling modern di dunia.
Pengembangan pesawat tempur siluman ini muncul di masa-masa Jepang menghadapi tantangan keamanan baru setelah perkembangan pesat angkatan bersenjata China.
Jet tempur X-2 yang dikembangkan di dalam negeri itu lepas landas dari bandara Nagoya di wilayah tengah Jepang dalam sebuah tes terbang pertama yang disambut tepuk tangan meriah para pemerhati kedirgantaraan.
Tayangan televisi menampilkan pesawat berwarna merah dan putih itu mengangkasa sambil dikawal dua jet tempur AU Jepang yang bertugas mengumpulkan data.
Prototipe pesawat berpilot tunggal ini mendarat dengan selamat di pangkalan udara Gifu, sebelah utara bandara Nagoya, setelah 25 menit mengudara tanpa kendala berarti.
Mitsubihsi Hevay Industries, kontraktor utama dalam pengembangan jet tempur ini mengatakan, pilot pesawat menilai X-2 adalah pesawat tempur yang sangat stabil.
"Kinerja kendali pesawat sama persis seperti yang kami terima dalam sesi latihan simulasi," ujar sang pilot.
Uji terbang perdana ini, yang disusul tes darat yang ekstensif, sempat tertunda karena cuaca buruk dan malfungsi komponen yang digunakan dalam sistem penyelamatan.
"Penerbangan perdana ini memiliki arti signifikan untuk mengembangkan teknologi yang akan digunakan untuk pengembangan di masa depan," kata Menteri Pertahanan Jepang, Jenderal Nakatani.
"Kami berharap, teknologi pesawat ini bisa diaplikasikan ke sektor dan inovasi teknologi untuk industri penerbangan pada umumnya," lanjut Nakatani.
Pesawat siluman X-2, yang dikembangan Mitsubishi Heavy Industries dan 200 perusahaan lain, memiliki panjang 4,2 meter dan lebar 9,1 meter. Pesawat ini merupakan penerus jet tempur F-2.
Pesawat baru ini akan dikirim ke kementerian pertahanan awal bulan depan dan kemampuan teknologi silumannya akan terus dipantau.
Saat ini hanya AS, Rusia dan China yang secara internasional diakui mampu mengembangkan pesawat jet siluman berawak.
Jepang memulai proyek ini pada 2009 dan sudah menghabiskan biaya riset dan pengembangan sebesar 332 juta dolar AS.
